BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Masalah
Fenomena
pelonjakan harga sembilan bahan pokok
(sembako) pada saat bulan Ramadhan atau menjelang lebaran merupakan sebuah
masalah klasik seolah telah menjadi budaya dari tahun ke tahun. Di antara
sembako-sembako yang ada, kenaikan harga
paling signifikan terjadi pada makanan pokok masyarakat Indonesia,
yaitu beras.
Permasalahan
ini yang kami coba analisis, karena kenaikan harga beras dapat mempengaruhi
berbagai aspek kehidupan di masyarakat. Seperti ekonomi, politik, sosial, dan
lain sebagainya. Dan juga karena beras merupakan makanan pokok masyarakat
Indonesia, kenaikan harga yang sedikit
saja, akan menimbulkan banyak permasalahan di masyarakat. Hal ini sangat meresahkan para konsumen yang
menggunakan beras sebagai bahan pokok kehidupan mereka karena beras adalah hal
baku yang harus ada sebagai makanan pokok.
Pemerintah terus berupaya melakukan langkah untuk menekan
harga-harga kebutuhan pokok saat Ramadhan dan menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Namun tetap saja program-program ataupun upaya-upaya yang dilakukan pemerintah
belum menunjukkan hasil yang maksimal. Tradisi kenaikan harga sembako saat
menjelang Hari Raya Idul Fitri selalu saja terjadi.
Selain itu, masyarakat sebenarnya juga harus bisa
mengantisipasi dengan membeli barang kebutuhan pokok khususnya sembako
jauh-jauh hari sebelum lebaran tiba, sehingga harga tidak terlalu terlalu
melambung bagi mereka.
Karena kenaikan harga ini memang sangat menarik untuk
dibahas, maka kami akan mencoba membahasnya. Kami akan menganalisis mengapa hal
ini dapat terjadi, dampak yang ditimbulkan, dan solusi penyelesaian masalah
pada makalah ini.
1.2 Rumusan masalah
1.2.1
Apa yang menjadi
penyebab kenaikan harga beras menjelang lebaran?
1.2.2
Apa dampak
kenaikan harga beras menjelang lebaran?
1.2.3
Bagaimana solusi
mengatasi kenaikan harga beras menjelang lebaran?
1.3 Tujuan Masalah
1.3.1 Penyebab kenaikan harga beras menjelang
lebaran.
1.3.2
Dampak kenaikan harga beras menjelang
lebaran.
1.3.3
Solusi mengatasi kenaikan harga beras
menjelang lebaran.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
Menurut pengertian umum, pasar
adalah tempat bertemunya permintaan dan penawaran barang/jasa. Pada dasarnya,
pasar dapat digolongkan menurut unsur-unsur yang terdapat dalam pasar, barang
yang diperjualbelikan, waktu terjadinya, luas wilayah, dan strukturnya. Pada
pembelanjaan kali ini akan dibahas pasar menurut strukturnya. Dipandang dari
dari organisasi pasar atau strukturnya, bentuk pasar dibedakan menjadi dua
macam.
2.1 Pasar
Persaingan Sempurna (Perfect Competition Market)
Pasar
persaingan sempurna adalah pasar yang terdapat mobilitas sempurna dari sumber
daya serta adanya pengetahuan yang sempurna baik pembeli maupun penjual,
sehingga kekuatan permintaan dan penawaran dapat bergerak bebas. Contoh pasar
persaingan sempurna antara lain bursa efek atau pasar modal atau pasar uang.
a.Ciri-Ciri Pasar Persaingan Sempurna
Adapun ciri-ciri pasar persaingan sempurna adalah sebagai berikut.
- Jumlah pembeli dan penjual sangat banyak.
- Barang yang diperdagangkan bersifat homogen.
- Terdapat kebebasan keluar masuk pasar (free entry dan free exit), baik bagi pembeli maupun penjual.
- Tidak ada hambatan dalam mobilitas sumber ekonomi dari satu usaha ke usaha lain.
- Kurva permintaan yang dihadapi seorang produsen adalah garis lurus horizontal, artinya harga cenderung stabil walaupun jumlah barang yang terjual mengalami perubahan.
- Penjual dan pembeli memahami keadaan pasar secara sempurna.
- Pembeli dan penjual bebas mengadakan perjanjian, tanpa ada campur yangan pemerintah.
- Pemerintah tidak ikut campur tangan tentang harga, baik langsung maupun tidak langsung.
Sebagai implikasi dari ciri-ciri tersebut, maka
seorang produsen tidak dapat mengubah harga pasar yang berlaku. Seorang
produsen hanya sebagai pengambil harga (price taker). Dan dalam jangka pendek
hal penting yang harus diperhatikan oleh produsen yang berada pada pasar
persaingan sempurna adalah menentukan jumlah produksi yang dapat mendatangkan
keuntungan maksimum. Hal tersebut dapat tercapai jika pendapatan marjinal (MR)
sama dengan biaya marjinal (MC) dan juga sama dengan harga outputnya.
Dalam jangka panjang, perusahaan-perusahaan akan
menambah skala produksinya dan tidak menutup kemungkinan adanya
perusahaan-perusahaan baru yang masuk dalam industri jika ada keuntungan lebih
(harga jual atau P di atas biaya ratarata atau AC). Akibatnya penawaran output
di pasar akan bertambah dan mendorong harga turun sampai pada posisi di mana
harga jual sama dengan biaya produksi. Akhirnya keuntungan menjadi normal, dan
hal ini akan merangsang adanya perluasan kapasitas produksi maupun pendirian
pabrik baru. Keadaan tersebut dinamakan ekuilibrium jangka panjang (harga jual
atau P sama dengan biaya rata-rata atau AC minimum).
b. Pembentukan Harga
Pada pasar persaingan sempurna harga
pasar cenderung stabil, sehingga bentuk kurva permintaan dan penawaran pada
pasar sempurna berupa garis lurus mendatar sejajar dengan sumbu jumlah barang
(OQ). Berapa pun jumlah barang yang dibeli atau yang ditawarkan tidak akan
menaikkan atau menurunkan harga barang. Dan kurva tersebut juga merupakan kurva
pendapatan rata-rata atau AR (Average Revenue) dan pendapatan marginal
atau MR (Marginal Revenue).
c. Grafik Keseimbangan Perusahaan
Pada pasar persaingan sempurna,
grafik keseimbangan dapat digambarkan dalam dua macam. Pertama, grafik
keseimbangan pada perusahaan yang menghasilkan keuntungan maksimum dan grafik
yang menggambarkan adanya kerugian minimum.
Untuk menggambarkan grafik keseimbangan perusahaan yang menghasilkan laba maksimum/keuntungan maksimum harus memperhatikan syarat-syarat berikut ini.
1) Kurva AR = MR dan sejajar dengan sumbu OQ.
2) Kurva AC (Average Cost) selalu berada di bawah kurva AR dan MR.
3) Kurva MC (Marginal Cost) selalu memotong kurva AC minimum yang menunjukkan bahwa produksi pada saat itu terjadi efisiensi produksi.
Dari grafik pada Gambar diatas dapat diuraikan
penjelasan sebagai berikut.
- Harga terbentuk pada saat kurva MC memotong kurva MR, yaitu setinggi OP1
- Harga terbentuk pada saat kurva MC memotong kurva MR, yaitu setinggi OP1
- Besarnya penerimaan total (TR) = O P1 AQ1
- Besarnya biaya total (TC) = P2 BQ1
- Keuntungan maksimum sebesar = P1P2AB
- Kurva MC selalu memotong kurva AC minimum (pada
titik yang terendah).
Adapun grafik keseimbangan perusahaan pada pasar
persaingan sempurna yang menggambarkan kerugian minimum harus memenuhi
syarat-syarat berikut ini.
1. Kurva AR =
MR sejajar dengan sumbu OQ.
2. Kurva AC
berada di atas kurva AR dan MR, atau kurva AR dan MR berada di bawah titik
terendah kurva AC
3. 3) Kurva MC selalu
memotong kurva AC minimum. Sebelum memotong AC, kurva AC memotong kurva MR dan
saat itulah menunjukkan produksi menderita kerugian minimum.
Dari grafik pada Gambar dapat diuraikan
penjelasan sebagai berikut.
- Harga terbentuk saat kurva MC memotong kurva MR, yaitu setinggi OP1
- Harga terbentuk saat kurva MC memotong kurva MR, yaitu setinggi OP1
- Besarnya penerimaan total (TR) = OP1AB
- Besarnya biaya total = OP2CB
- Kerugian minimum sebesar = P1P2CA
d. Kebaikan dan Kelemahan Pasar Persaingan Sempurna
Kebaikannya antara lain sebagai berikut.
1. Pembeli
sangat mengetahui harga pasar sehingga sangat kecil terjadi kerugian atau
kekecewaan.
2. Konsumen
merasa sejahtera, karena bebas memasuki pasar.
3. Terdapat
persaingan murni, karena barang yang diperjualbelikan homogen
4. Harga
cenderung stabil karena keadaan pasar dapat diketahui sebelumnya.
5. Mudah
memilih atau menentukan barang yang diperjualbelikan.
6. Barang yang
diproduksi dapat diperoleh dengan ongkos yang serendah-rendahnya.
Adapun kelemahannya antara lain sebagai berikut.
1. Hanya
terdapat satu atau dua industri/pasar yang mendekati persaingan sempurna,
sedang sektor yang lain banyak ketidaksempurnaan.
2. Terdapat
faktor eksternal yang tidak diperhitungkan dalam posisi kesejahteraan optimum
konsumen.
3. Tidak ada
barang subtitusi karena bersifat homogen.
2.1 Kenaikan harga pada pasar
persaingan sempurna ( kenaikan beras menjelang lebaran)
Secara
teoritis perubahan harga (naik atau turun) terjadi karena interaksi permintaan
dan penawaran. Apabila permintaan naik sementara penawaran tetap, maka harga
akan cenderung naik. Sementara jika pasokan berkurang dan permintaan tetap atau
naik, maka harga cenderung naik. Sebaliknya, jika penawaran bertambah melebihi
permintaan, maka harga akan cenderung turun. Oleh sebab itu, untuk menjaga
kestabilan harga pemerintah harus menjaga keseimbangan penawaran dan permintaan
atau tetap berada pada tingkat ekuilibrium.
Kenaikan
harga-harga secara umum disebut inflasi. Sebaliknya disebut deflasi apabila
harga-harga umum cenderung turun. Di Indonesia perubahan harga-harga secara
umum dihitung berdasarkan harga 283-399 jenis barang dan jasa di 44 kota.
Barang dan jasa dimaksud dikelompokkan menjadi tujuh jenis, yakni bahan
makanan, makanan jadi, sandang, papan, kesehatan, pendidikan dan lain-lain.
Jika hanya beberapa jenis barang yang naik harganya, maka tidak membuat inflasi
meningkat signifikan. Tapi masyarakat bawah sudah mengalami kesulitan. Adapun
jenis barang dan jasa yang biasanya naik setiap menjelang bulan Ramadhan dan
Hari Raya ialah seperti beras, gula, minyak goreng, tepung, ikan/daging, dan
cabai. Beberapa jenis produk sandang biasanya juga naik. Sementara jasa yang
harganya naik menjelang lebaran ialah ongkos angkutan seperti bus dan kereta
api. Pemerintah menyebutnya tuslah, atau kenaikan ongkos yang disetujui oleh
pemerintah. Harga barang dan jasa dapat dikategorikan menjadi dua. Pertama
ialah kategori kebutuhan pokok yang harganya dikendalikan oleh pemerintah
dengabn menetapkan harga selama periode tertentu. Barang dan jasa yang harganya
dikendalilkan oleh pemerintah ialah kategori kebutuhan pokok masyarakat banyak.
Seperti harga beras, gula, minyak goreng, tarif angkutan dan jalan tol. Dalam literatur
ekonomi biasanya disebut sebagai administered prices atau inflexible
price.
Jenis kedua
ialah barang dan jasa yang harganya tidak dikendalikan oleh pemerintah atau
disebut flexiblity prices. Untuk kategori barang dan jasa dimaksud, perubahan
harga biasanya terjadi sebagai akibat langsung berkurang atau bertambahnya
pasokan dan permintaan. Barang dan jasa kebutuhan ini biasanya disebut juga
kebutuhan sekunder. Karena kenaikan harga tidak menimbulkan ekses yang luas
bagi kehidupan masyarakat, maka pemerintah tidak perlu repot mengendalikannya.
Berbeda dengan jenis barang dan jasa yang masuk dalam kelompok administered
goods. Kelompok barang dan jasa yang termasuk dalam kategori kebutuhan primer
tak bisa diserahkan sepenuhnya pada pasar karena dapat memicu gejolak
harga-harga umum. Oleh sebab itu, pemerintah harus melakukan fungsinya, yakni
menciptakan kestabilan dan pertumbuhan ekonomi. Ironisnya pemerintah tidak
selalu mampu menjalankan fungsinya, seperti halnya kenaikan harga-harga
kebutuhan pokok menjelang Ramadhan dan Hari Raya.
BAB III
PEMBAHASAN
Kenaikan harga menjelang Lebaran adalah fenomena berulang yang
seolah tak terhindarkan bagi rakyat Indonesia. Sesuai hukum ekonomi, fenomena
ini sebenarnya wajar, di mana ada peningkatan permintaan, maka harga pun
melonjak. Pedagang pun tak mau kehilangan kesempatan untuk mengambil untung
lebih besar. Tapi tak urung hal ini meresahkan masyarakat, terutama mereka yang
berpenghasilan minim.
Analisis:
Dari
kasus diatas kelompok kami menganalisis adanya penyebab terjadinya kenaikan
harga bahan pokok menjelang lebaran di sebabkan karena:
1.
Hukum Permintaan dan Penawaran
Salah satu hal yang menyebabkan harga barang terus merangkak
naik adalah prinsip ”supply dan demand”. Seperti salah satu hukum
ekonomi yang mengatakan bahwa apabila permintaan meningkat dan barang tidak ada
maka akan cenderung terjadi kenaikan harga barang.
Hal ini bisa dilihat dari waktu terjadinya kenaikan harga.
Kenaikan harga suatu barang sebagain besar terjadi karena faktor gagal panen.
Mungkin masih segar di ingatan kita saat harga cabe melonjak drastis. Harga
cabe ini naik karena terjadi gagal panen pada petani cabe akibat cuaca buruk.
Saat ini harga beras terus melonjak naik hal ini disebabkan
banyak petani beras yang gagal panen. Gagal panen ini menyebabkan jumlah beras
di pasar menurun sedangkan permintaan tetap atau mungkin bertambah karena
menjelang puasa. Saat menjelang puasa, harga barang terus melonjak naik karena
jumlah permintaan terus meningkat sedangkan jumlah barang tetap atau cenderung
berkurang.
Perlu
analisis dari sisi supply, mengapa supply berkurang. Saat
menjelang puasa seperti ini banyak orang di daerah jawa yang melakukan ritual
“kirim doa” kepada para kerabatnya yang telah meninggal. Ritual ini berupa
syukuran dengan mengundang para tetangga dan kerabat ke rumah untuk berdoa
bersama-sama mendoakan sanak saudara yang telah meningga dunia.
Kegiatan ini tidak hanya dilakukan oleh satu keluarga tapi
oleh semua keluarga yang memilki keluarga yang sudah meninggal dunia. Hal ini
menyebabkan permintaan akan kebutuhan beras meningkat. Naiknya permintaan beras
tidak diikuti bertambahnya jumlah beras di pasar hal inilah yang menyebabkan
harga beras terus merangkak naik.Tentu menjadi hal yang sulit apabila kita
ingin mengendalikan harga barang karena selama ini barang-barang yang melonjak
naik adalah barang-barang kebutuhan rumah tangga yang jumlah penawaran di pasar
berkurang karena jumlah barangnya memang berkurang karena sebab-sebab tertentu
seperti yang sudah saya sebutkan di atas tadi.
Apabila
kita ingin mengendalikan harga salah satu caranya adalah dengan menambah jumlah
penawaran di pasar yang artinya kita menambah jumlah stok barang tersebut di
pasar atau dengan menekan permintaan akan barang tersebut. Seperti bunyi
hukum permintaan dan penawaran “apabila penawaran akan suatu barang semakin
bertambah namun permintaan akan barang tersebut berkurang maka harga barang akan
turun” sedangkan apabila “ permintaan meningkat namun penawaran berkurang maka
harga barang akan naik”. Jadi cara yang dapat dilakukaan agar harga tidak terus
naik adalah berusaha agar jumlah penawaran melebihi jumlah permintaan di pasar.
2. Lemahnya
Antisipasi Kenaikan Harga Saat Ramadhan
Kenaikan harga pokok saat lebaran ini polanya sudah
berulang-ulang tiap tahun, apakah pemerintah tidak bisa mengantisipasi hal
tersebut, strategi pemerintah tiap tahun selalu sama, yakni operasi pasar.
Tahun ini, pemerintah menyediakan stok beras 500.000 ton untuk operasi pasar.
Jika stok Bulog tidak mencukupi, pemerintah pun memutuskan
untuk impor, padahal kita ini adalah terkenal dengan swasembada beras. Kalau
terus berulang dan tidak ada solusi, berarti pemerintah telah kalah dengan
pasar serta pemerintah tidak mau serius untuk meredam kenaikan harga pokok ini.
Jangan lupa pula, melambungnya harga bahan kebutuhan pokok
juga akibat buruk infrastruktur. Saluran distribusi terganggu karena banyak
jalan yang berlobang dan tidak terawat serta naiknya harga BBM sehingga biaya
produksi naik. Siapa yang menanggung kenaikan biaya tersebut? Tentunya konsumen
yang posisi tawarnya lemah. Pemerintah sebenarnarnya sudah sabar betul.
Namun, sampai saat ini langkah konkritnya masih dipertanyakan.
Pemerintah sibuk dengan hal-hal yang tidak penting, seharusnya pemerintah
memiliki jurus pamungkas untuk meredam kenaikan harga di bulan Ramadhan ini
sehingga melonjatnya harga dapat di seimbangkan untuk kesejahteraan rakyat
kecil.
Ketika bulan Ramadhan datang, bukankah seharusnya komsumsi
kebutuhan pokok berkurang. Tetapi, hal tersebut tidak terjadi pada masyarakat
kita. Berdasarkan riset Nielsen, selama bulan puasa, belanja konsumen kelas
bawah justru naik 30% sementara kelas menengah naik 16%. Sikap konsumen
tersebut tentunya mempengaruhi harga. Konsumsi tersebut seharusnya dapat
dikendalikan.
3.
Harga Melambung Akibat Ekonomi yang Buruk
Harga yang terus menerus mengalami kenaikan menjadi masalah
di tatanan masyarakat, karena kenaikan harga tidak sesuai dengan pendapatan
yang di hasilkan masyarakat. Hal ini di sebabkan karena perekonomian yang
sangat buruk di negeri ini.
Apabila penghasilan masyarakat sesuai kenaikan harga-harga,
mungkin kenaikan harga bukan menjadi masalah bagi masyarakat. Tetapi
perekonomian yang buruk ini tidak mungkin mewujudkan pendapatan masyarakat
sesuai. Masyrakat (rakyat miskin) adalah kelompok masyarakat yang paling
merasakan kesengsaraan apabila terjadi kenaikan harga.
Selain itu, kenaikan harga berbagai komoditas tersebut
disebabkan terganggunya transportasi saat awal ramadhan hingga menjelang hari
raya idul fitri karena banyaknya penduduk yang mudik ke daerah asalnya.
Kepadatan kendaraan di jalur pantura akhirnya menghambat pengiriman barang dari
daerah asal. Sedangkan, permintaan dari konsumen terus tinggi.Sementara, pada
kondisi lain,naiknya harga beras juga disebabkan oleh berakhirnya musim
kemarau. Sedangkan musim penghujan baru saja dimulai. Jadi stok gabah di petani
hanya sedikit. Kenaikan harga beras akan terus terjadi hingga menjelang musim
penghujan. Menurutnya, akibat faktor cuaca yang tidak menentu, petani tidak
bisa menanam hasil pertanian sesuai dengan rencana mereka. Ia mengatakan,
secara garis besar mekanisme pasar selalu mempengaruhi gejolak harga komoditi
di pasaran. Namun, alur distribusi serta cuaca lebih mempengaruhi kenaikan
harga saat ini.
Menyikapi kenaikan harga sembako pemerintah terus memantau
pergerakan harga untuk langkah antisipasi dan pemerintah juga perlu mewaspadai
potensi terjadinya gejolak harga pada komoditi beras. Kenaikan harga ini
dipastikan tidak akan diikuti kelangkaan. Hal tersebut didasarkan pada
pengalaman yang sudah-sudah. Kenaikan ini memang terjadi karena meningkatnya
permintaan. Tapi masih dalam keadaan aman.
Beberapa
cara yang dapat ditempuh untuk menangani kenaikan harga beras khususnya saat
menjelang Ramadhan dan Idul Fitri adalah sebagai berikut.
1.
Menyeimbangkan Produksi dengan Kebutuhan.
Peristiwa kenaikan harga-harga
barang sudah sering terjadi dan berulang-ulang setiap tahunnya.terutama
kenaikan pada beras Untuk mengatasi peristiwa kenaikan harga-harga
diperlukan Peranan penting sektor produksi barang kebutuhan masyarakat,
kepentingan sektor produksi adalah meningkatkan jumlah produksi barang-barang
kebutuhan masyarakat pada saat terjadinya peningkatan konsumsi masyarakat.
Peranan sektor produksi oleh perusahaan swasta maupun Perusahaan Negara
harus lebih tanggap terhadap peristiwa kenaikan harga-harga karena peristiwa
kenaikan harga-harga terjadi berulang-ulang setiap tahunnya. Namun masih
diperlukan juga peranan pemerintah dalam hal memonitor jumlah konsumsi
masyarakat dan jumlah barang kebutuhan masyarakat yang di hasilkan oleh sektor
produksi, menerbitkan kebijakan impor bila masih kurang dalam penyediaan barang
kebutuhan masyarakat dan mengawasi jalur distribusi barang supaya lancar
sehingga Kenaikan harga-harga barang kebutuhan masyarakat dapat terkendali.
2. Operasi Pasar .
Menjelang
puasa, harga kebutuhan pokok mulai mengalami kenaikan. Guna menekan kenaikan harga
kebutuhan pangan, pemerintah harus meningkatkan volume operasi pasar terutama
di daerah-daerah rawan kenaikan harga. Operasi pasar ini perlu, untuk mencegah
para spekulan menaikkan harga semaunya. Tujuannya melindungi masyarakat, supaya
tidak terbebani kenaikan-kenaikan harga sembilan bahan pokok (sembako).
Operasi
pasar disinyalir bisa menekan inflasi. Karena kenaikan harga kebutuhan pokok
biasa diikuti inflasi. Pemerintah seharusnya mewaspadai gejolak harga pangan
khususnya beras. Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa setiap menjelang Ramadhan
dan Hari Raya Idul Fitri, harga-harga selalu mengalami kenaikan.
3. Pengendalian Stok.
Kenaikan harga pangan
di dunia ternyata mempengaruhi harga pangan di dalam negeri. Apalagi saat ini
sepengetahuan saya sebagian besar bahan pangan yang ada di pasar dalam negeri
diperoleh dari impor.
4. Meminta para pengusaha swasta, Badan
Usaha Milik Negara (BUMN), dan instansi terkait menyelenggarakan pasar
murah sehingga harga-harga kebutuhan pokok terutama beras bisa terjangkau konsumen, terutama masyarakat
kurang mampu atau masyarakat miskin. Guna menahan laju kenaikan harga saat
menjelang hari raya nanti.
5. Mengimpor berbagai kebutuhan pokok
dari negara lain.
6. Memperbaiki sarana dan prasarana
transportasi agar sistem produksi dan sistem distribusi pangan tidak
terganggu sehingga pasokan akan kebutuhan pokok tidak
mengalami pengurangan.
7. Pembagian jatah beras miskin yang
lebih awal, ini bertujuan untuk mengurangi beban penduduk miskin untuk
membeli beras saat menjelang hari raya.
8. Melakukan pengawasan yang intensif
terhadap pergerakan harga-harga beras saat menjelang Hari Raya Idul
Fitri.
BAB
III
PENUTUP
Kesimpulan
Kenaikan harga menjelang Lebaran adalah fenomena berulang yang
seolah tak terhindarkan bagi rakyat Indonesia. Sesuai hukum ekonomi, fenomena
ini sebenarnya wajar, di mana ada peningkatan permintaan, maka harga pun
melonjak.
Penyebab dari fenomena ini antara
lain, hukum permintaan dan penawaran, lemahnya antisipasi kenaikan harga saat
lebaran, dan harga melambumg akibat ekonomi yang buruk.
Hal-hal yang dapat dilakukan sebagai
antisipasi atas fenomena ini adalah dengan cara, menyeimbangkan produksi dengan
kebutuhan, operasi psar, pengendalian stok, dll.
Saran
Berkaitan dengan kelangkaan dan kenaikan harga beras
menjelang lebaran kami memberikan beberapa antisipasi atau solusi bagi para
pembaca sehingga nanti ketika menjelang lebaran dapat mengantisipasi terjadinya
fenomena ini.
Kami sebagaai penulis-pun tak luput dari banyak
kekurangan baik dari segi analisis yang kami lakukan maupun tata bahasa dalam
penulisan makalah. Kiranya para pembaca berkenan memberikan kritik dan saran
demi sempurnanya penulisan makalah yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.plengdut.com/2013/01/bentuk-bentuk-pasar.html
(diakses 16/05/2013 pukul 21.05)
http://www.pendidikanekonomi.com/2013/04/cara-menangani-kenaikan-harga-barang.html(diakses
16/05/2013 pukul 21.05)
http://www.pendidikanekonomi.com/2013/04/studi-kasus-permintaan-dan-penawaran.html
(diakses 16/05/2013 pukul 22.15)